(Review 2014) - Relung Rasa Raisya

Judul Buku : Relung Rasa Raisa
Penerbit : Plot Point
Pengarang : Lea Agustina Citra
Tahun terbit : 2014
Jumlah Halaman: 322

Buku ketujuh gue di tahun 2014
adalah buku karangan Lea Agustine Citra. Well, bagi kamu penyuka novel fantasi penulis satu ini sudah ga asing lagi dia sudah menerbitkan lima buku sebelum novel ini yang terdiri dari 2 novel fantasi berjudul Flavia dan 3 antalogi cerpen. Seperti biasa saya suka random kalau pilih buku romance dan karena plot point pasti selalu nerbitin karya bagus (Buktinya naskah ekye yang briliant itu ditolak *abaikan)? maka saya beli aja buku ini. Dan hasilnya saya ga buang duit lah. Buku ini worth every penny.

Novel ini dimulai dengan kisah Raisa, editor Aha Publising sebuah penerbit yang hampir bangkrut, yang memutuskan pergi ke Jerman tepatnya Frankfrut book festival untuk mencari hak terbit novel best seller yang akan menyelamatkan penerbitnya. Di Frankfrut book festival dia jatuh cinta pada Cedar Incense, novel best seller berlatar kerusuhan Mei 1998 di Indonesia yang pengarangnya, Jan Marco bersikeras tidak mau menerbitkan buku itu di Indonesia Dengan bantuan Lilo, pria baik hati mahasiswa Indonesia kenalannya dia nekat menyusul Jan Marco ke Aachen, kota tua di pinggiran Jerman. Siapa sangka di Aachen dia bertemu masa lalu yang paling tidak ingin ditemuinya Caesar.
Satu hal yang saya sukai dari sebuah novel adalah beginningnya Novel ini termasuk yang memiliki beginning briliant. Ga usah pake bangun pagi. Di halaman pertama kita langsung mendapati Raisa di atas pesawat terbang dan digoda oleh seorang anak kecil. Di sini ada adegan kunci kala Raisa memikirkan seorang gadis kecil lain. Sebagai pembaca yang kepo saya ingin tahu siapa gadis kecil itu. Kemudian dilanjutkan kejadian lucu dan norak Raisa waktu ketemu Lilo dan ah yah adegan yang bikin saya terpingkal-pingkal saat I-Phone Lilo jatuh terkena air. Masuk ke pertengahan saya dibuat penasaran dengan hubungan rumit Raisa dan Ceaser. Mengapa Raisa begitu membenci Ceaser tetapi mau saja waktu cowo itu memberikan bantuan untuk mendekati Marco? Mengapa Ceaser cemburu banget sama hubungan Lilo dan Raisa? Well pertanyaan itu terjawab dan membuat saya amazed sama cara penulis menciptakan konflik. Kalian harus baca, deh!
Novel setebal 320 halaman ini ditulis dengan alur maju mundur. Pengkarakterisasian setiap tokoh juga bagus paling tidak saya bisa melihat ada perubahan dari diri Raisa begitu Pun Ceaser. Saya  sendiri suka kepribadian Lilo yang lucu dan gombal ga jelas gitulah. Paling kasian waktu dia bilang gini ke Raisa
"Kamu ga mau bilang kalau saja aku ketemu kamu lebih dulu daripada Ceaser dst dst dst." huhuhu
kasihan Lilo #teamLilo.

POV yang digunakan adalah orang ketiga serba tahu jadi kita ga perlu dibuat penasaran sama apa yang dipikirkan oleh tokoh-tokohnya. Saya juga suka sama desain covernya sesuai sekali isi cerita di novel ini. Mengangkat sedikit tragedi Mei 1998
juga hal yang harus dicatat sebagai kelebihan novel ini. Paling ga bikin kita anak muda (iya saya masih muda) untuk menolak lupa tragedi ini dan berdoa nggak akan terjadi lagi. Ah yah saya juga ga melihat adanya typo dan well edited. Editornya Mbak Dona pasti sudah melakukan yang terbaik
untuk novel ini :D

Terlepas dari semua kelebihannya buku ini tak luput dari kekurangan. Yang pertama Settingnya yang menurut saya kurang dieksplore. Kota Jerman dan Achen kurang di tunjukkan pada novel ini. Paling hanya sepintas lalu dan dari dialog para tokoh. Padahal kalau bisa dieksplore lagi bisatambah keren deh novelnya.
Yang kedua ada satu hal yang menganggu saya pada tahun 1998 dibilang kalau usia Ceaser 10 tahun. Kemudian dia dan Marco terpaut usia 4 tahun. Apakah mungkin kisah
Marco terjadi saat dia berusia 14 tahun? Hemm (atau saya yang kurang teliti bacanya) terlepas daripada kekurangan itu buku ini masih asik dibaca. Segela kekurangan itu akan segera terlupakan saat sampai di alasan mengapa Raisa dan Ceaser berpisah (yang bikin saya terbawa emosi) adegan briliant ini bikin segala kekurangan di buku ini termaafkan. Romancenya ga melulu soal konflik cinta tetapi lebih daripada itu yaitu memberi cinta kesempatan.

Akhirnya dari buku ini saya banyak mendapat pesan. Yang pertama, hati-hati dalam bergaul dan belajarlah bertanggung jawab pada apapun yang kita pilih. Yang kedua, cinta itu pake hati bukan pake logika karena kalau pake logika pasti sering galau kaya Raisa :D dan yang ketiga memaafkan sama seperti kata Raisa di halaman berapa gitu pokoknya adalah adegan dia di Katredal di Germany (saya bukan tipe reviewers yang doyan sebut halaman maafkan saya)
"Tuhan yang maha kuasa aja bisa memaafkan kenapa kita yang lemah
ini tidak?"

Yups novel ini mengajarkan bagaimana memaafkan masa lalu dan hal-hal buruk di sekitar kita. Saya merekomendasikan buku ini buat kalian
yang sudah muak sama romance biasa-biasa saja yang udah ketahuan dari awal kalau tokoh utamanya bakalan jadian atau adegan romantis yang terlalu dipaksakan.. Buku ini mencoba keluar dari box itu. Ga rugilah istilahnya.

Sampai jumpa di review selanjutnya...

Tidak ada komentar